Perkembangan individu berlangsung
terus menerus dan tidak dapat diulang kembali. Masa remaja merupakan masa yang
rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka
yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada perkembangan fisik remaja mulai
nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secara fisik, pada masa
remaja pula mulai pembentukan hormon-hormon seksual sudah mulai terbentuk
sehingga perilaku atau tingkah lakunya banyak dipengaruhi oleh hormon tersebut.
Bimbingan orang tua terhadap anak pada suai remaja sangatlah dibutuhkan agar
mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Agar
orang tua dapat memberikan bimbingan kepada putra-putrinya hendaknya mengetahui
perkembangan fisik remaja.
1. Apa
pengertian fisik remaja secara umum?
2. Bagaimana
fase-fase perkembangan fisik anak sejak lahir sampai dewasa?
3. Apa
saja ciri-ciri khusus yang menyolok pada masa remaja ketika mengalami perubahan
fisik?
4. Bagaimana
pengaruh perkembangan fisik remaja ketika mengalami masa puber?
5. Mengapa
pada masa remaja, remaja ingin menonjolkan dirinya dengan lingkungannya?
6. Bagaimana
pengaruh perkembangan fisik remaja terhadap moralnya?
1.
Untuk mengetahui Pengertian fisik remaja
secara umum.
2.
Untuk mengetahui fase-fase perkembangan
fisik anak sejak lahir sampai dewasa.
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri khusus yang
menyolok pada masa remaja ketika mengalami perubahan fisik.
4.
Untuk mengetahui pengaruh perkembangan
fisik remaja ketika mengalami masa puber.
5.
Untuk mengetahui alasan remaja ingin
menonjolkan dirinya dengan lingkungannya.
6.
Untuk mengetahui pengaruh perkembangan
fisik remaja terhadap moralnya.
1. Memberi
informasi tentang perkembangan fisik remaja.
2. Member
informasi tentang pengaruh perkembangan fisik remaja terhadap moralnya.
3. Member
jawaban tentang alasan remaja ingin selalu menonjolkan dirinya terhadap
lingkungan.
1. Pengertian fisik remaja secara umum
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan
hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan
fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan
remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai
akibat dari perubahan-perubahan fisik itu. ( Sarlito W Sarwono : 2012.6 )
Menurut
penulis, masa remaja yang disebutkan di atas dimana pada masa remaja yang
merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada tahap ini remaja lebih
bersifat sensitif secara psikologis dalam artian sering galau dan belum bisa
menentukan pilihan, masih sering ikut teman-temannya, Yang merupakan peralihan
dari sifat kekanak-kanakannya. Dan
seperti disebutkan diatas bahwa perubahan psikologis ini muncul akibat perubahan
fisik.
Jadi dapat disimpulkan Masa remaja merupakan
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan
psikologis dan perubahan fisik.
Tumbuh
kembang adalah gabungan kata pertumbuhan (growth) dan perkembangan
(development). Tumbuh yang peristiwanya disebut pertumbuhan adalah proses yang
berhubungan dengan bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelaan dan
bertambah banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersiil pada
jaringan tubuh proses tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan
pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya
berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan sebagainya.
Kembang yang
peristiwanya disebut perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi
organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi
diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya. Proses
tersebut dpat diamati dengan bertambahnya kepandain ketrampilan dan perilaku
(afektif).
Maka
pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi bersama-sama secara
utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh kembang sempurna bila hanya
bertambah besarnya saja tanpa disertai bertambahnya kepandaian dan ketrampilan
dan sebaliknya kepandaian dari ketrampilan seorang anak tidak mungkin tercapai
tanpa disertai oleh bertambah besarnya organ atau alat sampai optimal. (Ikatan
Dokter Anak Indonesia:2002.51).
Menurut
penulis, dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan merupakan perkembangan ukuran
fisik sedangkan perkembangan merupakan proses yang berhubungan dengan fungsi
organ karena terjadi pematangan . Namun, jika dikatakan di atas bahwa
perkembangan dan pertumbuhan terjadi bersama-sama di mana seorang anak yang
tumbuh besar akan berkembang ketrampilan dan kepandaiannya . Tetapi, belum
tentu perkembangan dan pertumbuhan terjadi secara bersamaaan. Adakalanya, anak yang bertambah
besar tidak bertambah ketrampilan dan kepandaiannya. Mereka itu mengalami
pertumbuhan terlebih dahulu setelah itu baru mengalami perkembangan, Tidak
terjadi secara bersama-sama. Mungkin memang sebagian orang mengalami
perkembangan dan pertumbuhan secara bersamaan. Seperti yang telah kita pelajari
dalam biologi , ciri-ciri yang telah disebutkan diatas misalnya berkumis,
keluar mani, menstruasi dan lain-lain merupakan ciri-ciri fisik memasuki masa
remaja.
Jadi pertumbuhan
merupakan perkembangan ukuran fisik sedangkan perkembangan merupakan proses
yang berhubungan dengan fungsi organ karena terjadi pematangan. Keduanya kadang
terjadi secara bersamaan, dan kadang
juga tidak terjadi secara bersamaan.
a.
Usia belum bisa
menjamin kedewasaan seseorang.
b.
Kedewasaan
seseorang tidak hanya di ukur oleh faktor usia.
c.
Pertumbuhan dan
perkembangan idealnya harus bersinergi dalam tumbuh kembang baik fisik maupun
psikis.
d.
Perkembangan
fisik secara umum tidak hanya bisa di lihat kaca mata fisik. Namun, faktor
psikologis juga sangat berpengaruh dalam pembentukan perkembangan fisik secara
umum.
e.
Faktor
lingkungan seperti berpengaruh dalam membentuk perkembangan fisik maupun
psikologis.
f.
Pendidikan
formal dan non formal mempunyai andil yang sangat penting dalam menjadikan
seorang mampu bertumbuh dan berkembang dengan baik.
2.
fase-fase
perkembangan fisik anak sejak lahir sampai dewasa.
Menurut
Mungin Eddy W dan Bambang S dalam buku IKIP Semarang Press (1990:86-87), untuk
mengadakan periodesasi atau pembagian atas perode-periode atau fase-fase
perkembangan ada beberapa sudut pandang dari para ahli. Pada umumnya,
sarjana-sarjana psikologimengemikaan pembagian perriode perkembngan menurut
pertimbangan sendiri. Hal ini disebabkan karena dasar yang dipakai guna mengadakan pembagian ini ada
yang mendasar dari sudut biologis, didaktis, maupun psikologis. sehingga dapat
dimengerti bahwa pembagian ini sangat berfariasi.
Menurut Elizabeth B. Hurlock megadakan tahapan perkembangan
sebagai berikut:
1.
Masa Prenatal (sebelum lahir)
Mulai
konsepsi sampai umur 9 bulan dalam kandungan ibu.
2.
Masa Natal, terdiri dari :
a.
Infacy : baru lahir neonatus, dari lahir
sampai 14 hari. Fase ini merupakan fase penyesuaian terhadap lingkungan. Pada
masa ini bayi mengalami masa tenang dan tak mengalami banyak perubahan.
b.
Masa bayi : atara 2 minggu sampai 2
tahun.
c.
Masa anak : mulai 2 tahun sampai 10/11
tahun.
3.
Masa remaja, ialah masa peralihan atau
masa transisi dari anak ke dewasa. Dapat dibagi dalam :
a.
Praremaja. Untuk wanita 11-12/12-13
tahun.
b.
Remaja awal : umur 13/14-17 tahun.
c.
Remaja lanjut : umur 17-20/21 tahun.
4.
Dewasa, dibagi menjadi :
a.
Dewasa awal, 21-40 tahun.
b.
Dewasa menengah, 40-60 tahun.
c.
Dewasa lanjut, 60 tahun keatas.
Menurut
Fielman,periodesasi yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:
1.
First prenatal : periode embrio, mulai
terbantuknya manusia. Usia sejak konsepsi sampai lahir.
2.
Second prenatal : periode fetus,
permulaan adanya gerakan-garakan. Usia sejak lahir sampai 2 minggu.
3.
First period of infancy : periode prtama
masa bayi, mengangkat kepala dan mulai mempergunakan mata. Usia 2 minggu sampai
2,0.
4.
Second period of infancy : periode kedua
masa bayi, meraih. Usia 2,0 sampai 6.
5.
Third period of infancy : eriode ketiga
masa bayi, mulai mengadakan orientasi secara rangkap. Usia 6,0 sampai 12,0
6.
First period of childhood : periode
pertama masa anak-anak, periode pertama dari sialisasi : yang menjadi
perhatiannya adalah orang dewasa
disekitarnya terutama orangtuanya. Usia 10,0 sampai 14,0
7.
Second period of childhood : periode
kedua masa anak-anak, kegiatan ini biasanya disekitar rumah dengan teman
sebayanya. Usia14,0 sampai 17,0
8.
First period of adolescence : merupakan
periode ketiga sosialisasi. Usia 16,0 sampai 21,0.
9.
Second period of adolescence : permulaan
individualisasi.
10.
First period of maturity : periode
pernyataan diri, mulai mempraktekkan tanggung jawab.
11.
Second period of maturity : periode
penghargaan diri. Permulaan mengadakan retrospeksi atas karir tertentu.
Menurut penulis
fase-fase dalam perkembangan fisik itu mampunyai pandangan dari berbagai sudut
pandang yang berbeda oleh para ahli mengenai perkembangan fisik secara
biologis. Contoh ada dua pendapat dari Elizabeth B. Hurlock dan fielman.
Menurut Elizabeth B.
Hurlock :
1.
Masa prenatal atau sebelum lahir
2.
Masa natal, terbagi menjadi
a.
Infancy atau baru lahir – usia 14 hari.
b.
Masa bayi, berkisar pada usia 2 minggu –
2 tahun
c.
Masa anak, berkisar pada usia 2 tahun –
10/11 tahun
3.
Masa ramaja, disebut masa peralihan dari
masa anak-anak menuju masa kedewasaan, terbagi menjadi:
a.
Praremaja, berkisar pada usia
11-12/12-13 tahun (wanita) atau usia 12-13/13-14 tahun (laki-laki)
b.
Remaja awal, berkisar pada usia 13/14-17
tahun
c.
Remaja akhir, berkisar pada usia
17-20/21 tahun
4.
Dewasa, terbagi menjadi:
a.
Dewasa awal, 21-40 tahun
b.
Dewasa menengah, 40-60 tahun
c.
Dewasa akhir, 60 tahun keatas
Menurut punulis, Fielman
memberi periodesasi secara terperinci:
1.
First prenatal : periode embrio. Usia
sejak konsepsi sampai lahir.
2.
Second prenatal : permulaan adanya
gerakan-garakan. Usia sejak lahir sampai 2 minggu.
3.
First period of infancy : periode prtama
masa bayi. Usia 2 minggu sampai 2,0.
4.
Second period of infancy : periode kedua
masa bayi. Usia 2,0 sampai 6.
5.
Third period of infancy : periode ketiga
masa bayi. Usia 6,0 sampai 12,0
6.
First period of childhood : periode
pertama masa kanak-kanak. Usia 10,0 sampai 14,0
7.
Second period of childhood : periode
kedua masa kanak-kanak. Usia14,0 sampai 17,0
8.
First period of adolescence : merupakan
periode ketiga masa kanak-kanak. Usia 16,0 sampai 21,0.
9.
Second period of adolescence : permulaan
individualisasi.
10.
First period of maturity : periode
pernyataan diri, mulai mempraktekkan tanggung jawab.
11.
Second period of maturity : periode
penghargaan diri. Permulaan mengadakan retrospeksi atas karir tertentu.
Menurut yang sudah penulis baca dari
buku IKIP Semarang Press, penulis menyimpulkan bahwa fase-fase perkembangan
dapat melalui beberapa tahapan, diantaranya yang sudah dikemukakan oleh
Elizabeth B. Hurlock yaitu perkembangan memiliki tahapan prenatal, masa natal,
masaremaja dan masa dewasa. Sedangkan yang dikemukaan oleh Fielman yaitu
perkembangan memiliki tahapan seperti, First prenatal, Second prenatal, First
period of infancy, Second period of infancy, Third period of infancy, First period of childhood, Second period of
childhood, First period of adolescence, Second period of adolescence, First period of maturity, dan Second period
of maturity.
Menurut Sarwito W. Sarwono (2012 :
62-63), diantara perubahan fisik, yang terbesar pengahruhnya pada perkembangan
jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (perubahan tinggi badan), mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandainya haid pada wanitaa dan mimpi basah
pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh. Secara lengkap
(Muss, 1968) membuat urutan perubahan-perubahan fisik tersebut sebagai berikut:
1.
Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi
tinggi, anggota badan menjadi panjang)
3.
Tumbuh bulu halus pada kelamin
4.
Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal
setiap tahunnya
6.
Tumbuh bulu-bulu ketiak
1.
Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi
tinggi, anggota badan menjadi panjang)
3.
Tumbuh bulu halus pada kelamin
5.
Ejakulasi (keluar air mani)
6.
Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal
setiap tahunnya
7.
Tumbuh rambut halus pada wajah seperti
kumis, jenggot
Hormon genadotropik
inilah yang betanggung jawab dalam sebagian pertumbuhan tanda-tanda seksual dan
bertanggug jawab penuh dalam produksi sel-telur dan spermatozoa (Muss, 1968).
Menurut penulis perkembangan fisik
yang memiliki penggaruh besar pada kejiwaan adalah perubahan tubuh, dimana
mempunyai tanda-tanda pertumbuhan sebagai berikut:
1.
Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi
tinggi, anggota badan menjadi panjang)
3.
Tumbuh bulu halus pada kelamin
4.
Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal
setiap tahunnya
6.
Tumbuh bulu-bulu ketiak
1.
Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi
tinggi, anggota badan menjadi panjang)
3.
Tumbuh bulu halus pada kelamin
5.
Ejakulasi (keluar air mani)
6.
Mencapai pertumbuhan badan yang maksimal
setiap tahunnya
7.
Tumbuh rambut halus pada wajah seperti
kumis, jenggot
Menurut penulis dalam setiap
perkembangan tubuh, ini dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon genadotropik
dimana ini bertanggung jawab pada tanda-tanda seksual.
Setelah penulis menganalisis bentuk
perkembangan biologis dari buku Sarliti W. sarwono, penulis menyimpulkan bahwa
perubahan fisik merupakan hal yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yang sedang
mengalami perkembangan fisik, dimana cirri-ciri yang Nampak mampu dilihat
dengan mata kepala, seperti perubahan tinggi badan yang selalu maksimal setiap
tahunnya, mengalami haid pada setiap wanita, mengalami ejakulasi untuk setiap
laki-laki, dan sebagainya yang berkaitan dengan jenis kelamin masing-masing.
Dalam perkembangan fisik ini juga dipengaruhi oleh adanya hormon genadotropik
yang bertanggung jawab atas tanda-tanda seksual yang terjadi.
Menurut para ahli dalam Sumadi
Suryabrata (1998:185), diberikan beberapa contoh dalam periodesasi yang
berdasar pada biologisnya. Diantara pendapat para ahli itu ada pendapat dari Aristoteles
yang menggambarkan perkembngan anak sejak lahir hingga dewasa dalam tiga
periode dan pendapat dari Kretschmer yang terdiri atas empat periode.
a.
Fase 1 : dari 0 sampai 7, termasuk masa
anak kecil atau masa bermain
b.
Fase 2 : dari 7 sampai 14 masa anak
mulai belajar
c.
Fase 3 : dari 14 sampai 21 masa pubertas
(remaja)
a.
Fase 1 : 0 sampai 3, dikatakan anak
memiliki sifat pendek gemuk
b.
Fase 2 : 3 sampai 7, dikatakan anak
memiliki sifat langsing
c.
Fase 3 : 7 sampai 13, dikatakan anak
kembali kelihatan pendek gemuk
d.
Fase 4 : 13 sampai 20, dikatakan anak
kembali kelihatan langsing.
Menurut penulis, dalam setiap
perkembangan fisik, manusia melewati masa-masa tertentu dimana dipengaruhi oleh
perubahan usia yang menyeimbangkan keadaan biologisnya.
Aristoteles
berpendapat melalui 3 fase perkembangan anak sejak lahir hingga dewasa:
a.
Fase 1, anak usia 0-7 merupakan masa
anak kecil atau masa bermain
b.
Fase 2, mulai usia 7-14 anak dikatakan
memasuki tahap belajar
c.
Fase 3, usia 14-21 disebutnya masa
pubertas atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa muda
Kretschmer
juga berpendapat melalui 4 fase perkembangan sejak lahir hingga dewasa:
a. Fase 1, pada usia 0-3, dipandangnya anak
memiliki sifat fisik pendek dan gemuk.
b. Fase 2, pada usia 3-7, dipandangnya anak
memiliki sifat fisik yang cenderung langsing.
c. Fase 3, pada usia 7-14, dipandangnya
anak memiliki sifat fisik kembali terlihat pendek dan gemuk.
d. Fase 4, pada usia 14-20,dipandangnya
anak memiliki sifat fisik yang kembali langsing.
Dari kedua pendapat yang sudah penulis
ketahui, bahwa setiap orang mampu menilai atau member pandangan pada orang lain
tentang perkembangannya, seperti dua hal yang sudah dikemukakan oleh
Aristoteles dan Kretschmer yakni mereka memiliki pendapat yang berbeda dalam
memandang perubahan fisik yang dialami manusia dengan member alasan pada setiap
perkembangan usianya.
Aristoteles mengatakan bahwa masa anak
kecil atau masa bermain dialami anak usia 0-7, dan masa belajar dialami pada
usia 7-14, kemudian masa puber dialami pada usia 14-21. Kretschmer juga
berpandangan pada usia 0-3 dilihatnya anak terlihat pendek dan gemuk, pada usia
3-7 dilihatnya anak memiliki tubuh yang langsing, pada usia 7-13 dilihatnya
anak kembali terlihat pendek dan gemuk, dan pada usia 13-20 dilihatnya anak
langsing kembali.
3.
Ciri-ciri
khusus yang menyolok pada masa remaja ketika mengalami perubahan fisik
Beberapa ciri khusus yang menonjol pada masa remaja
ialah :
1. Pertumbuhan
fisik yang sangat cepat.
2. Perkembangan
seksual sangat menyolok.
3. Tertarik
kepada lawan jenisnya.
4. Cara
berfikir yang bersifat kausalitas.
5. Emosi
yang sering meluap-luap (tidak stabil).
6. Menarik
perhatian lingkungannya.
7. Kehidupan
social terikat dengan kelompoknya.
Pada bab ini, ciri-ciri khusus yang
menyolok pada masa remaja itu akan kit bahas lebih jauh lagi agar pengetahuan
kita mengenai remaja itu menjadi lebih luas lagi.
1. Pertumbuhan
fisik yang sangat pesat
Setelah anak menginjak usia remaja, perkembangan
fisik berlangsung secara cepat, lebih cepat dari pada masa sebelum maupun
sesudahnya. Perkembangan fisik yang pesat ini terutama sekali pada bagian
tangan dan tungkai.sehingga baju dan celananya yang disimpan beberapa minggu
saja, sering kali sudah tidak cukup untuk dipakai lagi. Hal ini disebabkan
karena pertumbuhan otot dan tulang-tulang pada tangan dan tungkai berlangsung
sangat cepat. Karena pertumbuhan fisik yang sangat pesat., maka para remaja
membutuhkan makan dan tidur yang cukup banyak. Hal ini sering kali tidak
dipahami oleh orang dewasa, sehingga kadang-kadang anak akan dimarahi oleh
orang tuanya. Inilah yang kadang-kadang dapat menimbulkanmasalah psikis pada
remaja itu. Disamping itu, perkembangan fisik yang sangat cepat itu juga menimbulkan
efek yang merupakan gangguan bagi perkembangan remaja itu. Misalnya dengan
pertumbuhan tangan dan kaki yang cepat, sering menyebabkan badan terasa terlalu
jangkung, dan menimbulkan gerak tubuh yang kaku, pada anak gadis sering terasa
malu melihat pertumbuhan buah dadanya, sehinnga gerak tubuhnya tidak bebas, dan
sebagainya. Gangguan-gangguan semacam ini biasanya disebut gangguan regulasi.
Menurut
penulis perkembangan fisik pada remaja sangat cepat lebih cepat dari pada masa
sebelum dan masa sesudah. Pada masa remaja memiliki cirri khusus antara lain :
a) Pertumbuhan
fisik yang sangat cepat
b) Perkembangan
seksual sangat menyolok
c) Tertarik
pada lawan jenisnya
d) Cara
berfikir yang bersifat kausalitas
e) Emosi
yang sering meluap-luap (tidak stabil)
f) Menarik
perhatian lingkungannya
g) Kehidupan
social terikat dengan kelompoknya
Disamping itu perkembangan fisik remaja
yang sangat cepat itu juga dapat menimbulkan efek gangguan bagi perkembangan
remaja itu sendiri.
2. Perkembangan
seksual yang sangat menyolok
Perkembangan seksual pada remaja
mengalami kenaikan yang menyolok. Kelenjar hormon mulai berproduksi dan
menghasilkan sperma pada anak laki-laki, dan datang menstruasi pada anak
perempuan. Remaja itu mulai mimpi-mimpi seksual. Berproduksinya kelenjar
hormon, sering kali mengakibatkan tumbuhnya jerawat pada bagian wajah. Teman
dalam pergaulan kadang-kadang memberikan ejekan terhadap sesame kawan akibat
tumbuhnya jerawat itu. Ejekan-ejekan semacam itu dapat menimbulkan masalah
psikis bagi remaja, terutama bagi remaja putri.
Bersama dengan munculnya gejala diatas,
muncul pula tanda-tanda kelamin sekunder, ialah tumbuhnya rambut pada
bagian-bagian tubuh tertentu, seperti pada ketiak, pada daerah alat vital, dan
pada daerah sekitar bibir pada anak laki-laki. Pada anak perempuan tumbuh
payudara yang kian membesar, sedang pada anak laki-laki terjadi pertumbuhan
lekum yang menjadi semakin besar, diikuti dengan suaranya yang parau dan
akhirnya menjadi turun satu oktaf. Perbedaan anak laki-laki dan anak perempuan
menjadi semakin jelas. Anak laki-laki semakin jelas sifat kelaki-lakiannya,
sedangkan anak perempuan semakin jelas sifat kewanitaannya. Anak laki-laki
tampak semakin lebar pada bagian tulang bahu, serta dengan otot-otot yang kekar
dan kulitnya yang agak kasar, sedangkan anak perempuan semakin tampak melebar
pada bagian tulang pinggul, dengan timbunan lemak Pada bagian-bagian tubuhnya
sehingga kulit menjadi lebih halus, dan payudarah semakin membesar. Bila hal
ini terjadi lebih lambat atau lebih cepat akan dapat menimbulkan masalah bagi
anak tersebut.
Menurut
penulisnya perkembangan fisik terhadap remaja sangat mennyolok karena kelenjar
hormon pada laki-laki dan perempuan, mulai berproduksi dan muncul pula
tanda-tanda kelamin sekundr dan banyak perubahan-perubahan fisik yang terjadi
pada saat remaja, bila hal ini terjadi lebih lambat atau lebih cepat akan dapat
menimbulkan masalah bagi remaja tersebut.
3. Tertarik
kepada lawan jenisnya
Seiring dengan perkembangan seksualnya,
para remajamulai tertarik kepada lawan jenisnya. Demikianlah maka remaja itu
kemudian menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan kawan
dari lawan jenisnya.sebenarnya ia ingin menemukan nilai-nilai tentang hidup,
dan setelah ditemukannya nilai-nilai itu kemudian ia ingin menemukan pasangan
hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah diyakini sebagai pandangan
hidupnya. Dalam lingkungan yang memberi kebebasan pergaulan biasanya para
remaja akan suka berpacaran. Bila dalam hal ini orang dewasa kurang mengerti
atau tidak mau mengerti, maka remaja itu akan bersikap tertutup terhadap orang
dewasa. Sikap tertutup itu akan semakin meningkat apabila orang tuanya melarang
remaja itu berpacaran atau berhubungan dengan lain jenis. Para remaja putri
biasanya lebih tertarik kepada pemuda yang beberapa tahun lebih tua dari
dirinya. Sebaliknya para pemuda biasanya lebih tertarik kepada remaja putri
yang beberapa tahun lebih muda dari usianya.
Dalam lingkungan yang memberikan
kebebasan lebih longgar terhadap pergaulan-pergaulan pemuda-pemudi, sifat
tertarik pada jenis kelamin lain itu memang dapat menimbulkan bahaya bagi
remaja itu, seban justru pada saat itu perkembangan seksualnya maju pesat.
Tetapi dengan pendidikan moral dan agama serta pengarahan orang dewasa secara
bijaksana, bahaya itu bisa juga dihindari.
Menurut
penulisnya para remaja mulai tertarik pada lawan jenisnya, sering kali remaja
menyukai dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan lawan jenisnya,
para remaja juga akan mulai suka pacaran, tetapi kadang orang dewasa tidak
mengerti tentang hal tersebut, itu menyebabkan sikap remaja menjadi tertutup
dengan orang lain. Ketertarikan remaja pada lain jenis juga dapat menimbulkan
bahaya bagi remaja itu sendiri, tetapi dengan pendidikan moral dan agama serta
pengarahan orang tua secara bijaksana bahaya tersebut dapat dihindari.
4. Cara
berfikir yang bersifat kausalitas
Cara berfikir kausalitas ialah berfikir menurut
hukum sebab akibat. Bila seorang anak dilarang berjaga-jaga sampai larut malam
dengan hanya mengatakan “pantangan” bagi anak yang belum pergi tidur sampai
larut malam, rupanya akan ditaati oleh anak yang masih kecil, tanpa mengajukan
pertanyaan “ mengapa demikian ?”. tetapi bila larangan itu diberikan kepada
anak yang sudah usia remaja, akan disambut dengan pertanyaan “ mengapa demikian
?”. bila orang dewasa tidak dapat menyampaikan jawaban yang rasional, tentulah
larangan itu tidak akan dipatuhinya. Sebab setelah berstatus remaja anak tersebut
akan mempunyai perasaan tidak mau dibohongi oleh orang dewasa, atau dianggap
seperti anak kecil lagi. Maka bila orang tua, guru pamong, dan sebagainya tidak
memahami cara berfikir remaja, akan dapat menimbulkan tindakan remaja yang
menyimpang. Misalnya lalu terjadi kenakalan.Menurut
penulis bahwa seorang remaja mempunyai cara berfikir yang bersifat kausalitas
atau berfikir menurut hukum sebab akibat, dengan demikian orang dewasa jika
mengatakan sesuatu harus disertai dengan sebab akibat, karena masa-masa remaja
adalah masa-masa dimana remaja itu tidak mau dibohongi oleh orang dewasa. Jika
orang dewasa berkata tidak disertai dengan sebab akibat maka akan dapat
menimbulkan tindakan remaja yang menyimpang atau terjadi kenakalan remaja.
5. Emosi
yang meluap-luap (tidak stabil)
Para remaja biasaya mempunyai emosi yang
tidak stabil. Suatu saat menunjukan kesedihan yang mendalam tetapi kemudian
menunjukan kegembiraan yang luar biasa. Sering kali meninjukan kemarahannya
yang meluap-luap. Hal ini terjadi bila remaja itu tersinggung perasaannya ia
belum mampu menahan emosinya. Emosi remaja biasanya lebih menguasai
tindakan-tindakannya dari pada pikirannya yang realistis. Emosi yang
meluap-luap ini seringkali menyebabkan remaja itu terjerumus kepada
tindaka-tindakan yang tidak bermoral. Misalnya : karena putus cinta remaja mau
membunuh orang atau bunuh diri. Karena asyik dalam berpacaran lalu ia mau
melakukan apa saja tanpa mengindahkan norma-norma yang berlaku.
Menurut
penulis remaja seringkali mempunyai emosi yang meluap-luap (tidak stabil).
Emosi remaja biasanya lebih menguasai tindakan-tindakannya daripada fikirannya
yang realistis, emosi remaja yang tidak stabil itu seringkali dapat menyebabkan
remaja terjerumus dengan tindakan-tindakan yang tidak bermoral.
6. Menarik
perhatian lingkungan
Para remaj, biasanya cenderung untuk menarik
perhatian dari lingkungannya. Hal ini disebabkan karena ia ingin memperoleh
status dan peranan dalam lingkungannya. Ia ingin menunjukan bahwa dirinya mampu
melakukan sesuatu tugas yang dibebankan kepadanya, seperti remaja lainnya yang
telah memainkan peranan tertentu misalnya sebagai pengumpul dan, petugas
keamanan atau peranan lainnya biasanya ia akan bekerja dengan sebaik-baiknya.
Bila remaja itu tidak diberi peranan oleh orang tuanya dirumah biasanya lalu
mencari peranan diluar rumahnya. Tetapi kalu diluar rumah ia juga tidak
memperoleh peranan maka ia akan mungkin sekali melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu untuk menarik perhatian masyarakat, yang biasanya bersifat negatif.
Misalnya berlagak seperti seorang pahlawan, suka berkelahi, kebut-kebutan
dijalan umum, dan kenakalan lainnya.
Menurut
penulis seorang remaja biasanya ingin menarik perhatian dari sekitar
lingkungannya, denan tujuan remaja itu ingin memperoleh status dan peranan dalam
lingkungannya. Seorang remaja ingin selalu memdapat peranan penting baik
dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakatnya.
7. Terikat
erat dengan kelompoknya
Dalam kehidupan social, biasanya remaja
itu sangat tertarik dengan kelompok sebayanya. Bila ia telah diterima sebagai
anggota kelompok sebaya itu, ia akan merasa terikat erat dalam kelompoknya
tidak jarang peranan orang tua kemudian dinomor duakan. Sedang yang nomor satu
adalah kelompoknya. Orang tua yang kurang mengerti biasanya akan marah-marah,
karena orang tua yang memberi makan, membesarkan dan membiayai sekolahnya,
justru perkataan-perkataan atau perintahnya dinomor duakan. Ia merasa dianggap
remeh, sedang pimpinan kelompoknya yang sebenarnya hanyalah kawan dalam
pergaulan, semua perintahnya diindahkan. Apa yang dilakukan oleh ketua
kelompoknya ditiru padahal belum tentu kalau benar. Remaja yang kurang mendapat
perhatian dari orang tuanya dirumah, seakan merasa tidak betah tinggal
dirumahnya. Ia kemudia bergabung dengan kelompok sebaya itu, karena ia ingin
memperoleh sesuatu yang sangat penting. Seperti : dianggap, dimengerti,
diperhatikan, dan sebagainya. Kelompok atau gang yang dibentuk oleh para remaja
itu sebenarnya tidak perlu dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan, asal
saja orang dewasa dapat mengarahkan kepada hal-hal yang bersifat positif.
Untuk memahami ciri-ciri khusus dan
masalah-masalah psikologis remaja secara lebih terperinci, seringkali diadakan
pembagian nasa remaja menjadi beberapa periode.
Secara teoritis masa remaja dapat dibagi
menjadi dua periode, ialah : remaja puber, dan remaja adolesen. Remaja puber
terdiri atas tiga periode, ialah : prapubertas, pubertas, dan akhir pubertas.
Sedang masa yang mendahului pra pubertas yang merupakan akhir masa anak sekolah
sebagai transisi menuju masa pra pubertas ini disebut masa pueral.
Pada bagian yang berikut, secara
berturut-turut akan kita bicarakan :
5. Menurut
penulisnya remaja biasanya sangat tertarik dengan kelompok sebayanya, bahkan
peranan orang tua seringkali dinomor duakan, sedangkan kelompoknya dinomor
satukan,. Alas an remaja itu ikut dalam suatu kelompok karena remaja itu ingin
dianggap, dimengerti, diperhatikan, dan sebagainya. Pada masa remaja dapat
dibagi menjadi 2 periode yaitu : remaja puber, dan remaja adolesen. Remaja
puber juga dapat dibagi menjadi 3 periode yaitu : pra pubertas, pubertas, dan
akhir pubertas.
Perkembangan fisik remaja sangat cepat dimana
masa-masa remaja itu masa-masa muncul hormone-hormon dan tanda-tanda kelamin
sekunder serta banyak sekali perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada
remaja. Pada masa remajalah seorang remaja tertarik pada lawan jenisnya, apapun
kegiatan lawan jenisnya pasti diikuti, dan pada saat remajalah seseorang
mengenal pacaran, tetapi para orang dewasa tidak menyukai pacaran, karena
menurut mereka pacaran dapat menimbulkan kenakalan remaja, tetapi seringkali
orang dewasa tidak memberikan sebab dan akibatnya, karena itu remaja seringkali
mersa dibohongi oleh orang dewasa karena cara berfikir remaja bersifat
kausalitas atau dengan berfikir sebab dan akibat. Seorang remaja juga tidak
bias berfikir yang realistis karena remaja lebih menguasai
tindakan-tindakannya. Kartena remaja mempunyai emosi yang sering kali
meluap-luap atau tiodak stabil. Sikap seorang remaja cenderung ingin menarik
perhatian dari lngkungan masyarakatnya, karena itu remaja sangat tertarik
dengan kelompok sebayanya, bahkan peranan orang tuanya seringkali dinomor
duakan sedangkan kelompoknya selalu dinomor satukan.
Perkembangan
Masa Remaja
Anak-anak yang berusia 12 atau 13
tahun sampai dengan 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami
masa remaja. Masa remaja adalah masa yang sangat menentukan karena pada masa
ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Adapula ahli
psikologi yang menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau diperlakukan sebagai
anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan
orang dewasa. Saat anak mengalami masa remaja tidak sama waktunya ditiap-tiap
Negara waktunya berbeda-beda menurut norma kedewasaan yang berlaku setempat,
misalnya di daerah pedesaan yang agraris, anak usia 12 tahun sudah ikut
melakukan perkejaan yang seharusnya dilakukan orang dewasa seperti mengelola
sawah dan ladang orang tuanya. Dalam keadaan seperti ini berarti anak yang
belum dewasa itu sudah dituntut orang tuanya untuk bertanggung jawab.dengan
demikian masa remaja akan lebih cepat berakhir didaerah pedesaan.
Ciri-ciri remaja
Ada beberapa ciri-ciri yang harus
diketahui, diantaranya:
1. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan
dengan masa anak-anak dan dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu,
remaja makan dan tidur yang lebih banyak. Perkembangan fisik mereka jelassterlihat
pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang
pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip
dengan anak-anak.
2. Perkembangan seksual
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat
reproduksi sperma mulai berproduksi, mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa
sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah
bisa dibuahi karena ia sudah mendapat menstruasi (dating bulan) yang pertama.
Ciri-cir lainnya yang ada pada anak laki-laki ialah pada leher menonjol buah
jakun yang mebuat nada suaranya menjadi pecah. Sedangkan pada anak
perempuan,karena produksi hormon dalam tubuhnya, di wajahnya bertumbuhan
jerawat. Terjadinya penimbunan lemak yang membuat buah dada membesar,
pinggulnya mulai lebar,dan pahanya membesar.
3. Cara berpikir kausalitas
Cara berpikir kausalitas yaitu,menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya
remaja duduk didepan pintu, kemudian orang tuanya melarang sambil berkata
“pantang”. Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila
orang tua, guru, lingkungan masih menganggap sebagai anak kecil.
4. Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan kadaan
hormon. Suatu saat bisa sedih, dilain waktu ia bisa marah sekali.
5. Mulai tertarik pada lawan jenis
Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis yaitu laki-laki dan
perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik pada lawan
jenisnya dan mulai berpacaran. Secara biologis anak perempuan lebih cepat
matang dari pada anak laki-laki.
6. Menarik perhatian lingkungan
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha
mendapatkan status dn peranan separti kegiatan remaja dikampung-kampung yang
diberi peranan.
7. Terikat dengan kelompok
Remaja dalam kehidupan social sangat tertarik dengan kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua di nomor duakan sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan.
Masa perkembangan
Bila di tinjau dari segi perkembangan boiologis, yang dimaksud remaja adalah
mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal
pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi
(datang bulan) yang pertama. Sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas
bagi pemuda ketika mengalami masa mimpi yang pertama yang tanpa disadari
mengeluarkan sperma. Biasanya pada gadis perkembangan biologisnya lebih cepat
satu tahun dibandingkan dengan perkembangan biologis pemuda karena gadis lebih
dahulu mengawali remaja yang akan berakhir pada usia sekitar 19 tahun,
sedangkan pemuda baru mengakhiri masa remajanya pada sekitar usia 21 tahun.
Ditinjau secara teoritis, masa remaja terdiri dari remaja puber dan remaja
adolesen.
1. Masa pubertas
Masa pubertas disebut masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih
ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Ada beberapa sifat yang menonjol
pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja, diantaranya yaitu
a. Pendapat lama ditinggalkan
b. Keseimbangan jiwanya terganggu
c. Suka menyembunyikan isi hati
d. Masa bangunnya perasaan kemasyarakat.
e. Perbedaan sikap pemuda dan sikap gadis
2. Masa adolesen
Masa adolesen berada dengalami antara usia 17dan 20 tahun. Atau mengambil
betas-batas permulaan pada saat remaja mengalami perkembangan jasmani yang
sangat menonjol, sedanngkan batas-batas akhir pada saat berakhirnya
perkembangan jasmani. Beberapa diantaranya sifat-sifat adolesen yaitu:
a. Mulai tampak garis-garis perkembangan yang dikutinya di kemudian hari
b. Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup
c. Jika masa pubertas menngalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya mulai
tampak tenang
d. Sekarang ia mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah tapi sulit
melaksanakannya
e. Ia menunjukan perhatiannya kepada masalah kehidupan sebenarnya
Pada usia 12-19 tahun adalah usia dalam
pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja adalah dimana anak
mengalami banyak perubahan psikis dan fisiknya atau masa peralihan dari masa
anak kemasa dewasa, dengan demikian dapat disimpulkan cirri-ciri remaja yaitu :
3. Cara
berfikir kausalitas
4. Emosi
yang meluap-luap
5. Mulai
tertarik pada lawan jenis
6. Menarik
perhatian lingkungan
7. Tertarik
dengan kelompok
Usia 12 tahun awal pubertas bagi wanita,
dimana biasanya seorang wanita mendapat menstruasi (dating bulan) yang pertama,
sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi laki-laki dimana pada usia
ini laki-laki mengalami masa mimpi yang pertama tanpa disadari atau
mengeluarkan sperma. Wanita perkembangan biologisnya lebih cepat satu tahun
disbanding pemuda, karena wanita terdahulu mengawali remaja dan akan berakhir
pada usia 19 tahun, sedangkan pemuda akan berakhir pada usia 21 tahun. Masa
remaja dilihat scara teoritis terdiri dari masa remaja puber dan masa remaja
adolesen.
. Masa remaja adalah dimana anak mengalami
banyak perubahan psikis dan fisiknya atau masa peralihan dari masa anak kemasa
dewasa, dengan demikian dapat disimpulkan cirri-ciri remaja yaitu :
3. Cara
berfikir kausalitas
4. Emosi
yang meluap-luap
5. Mulai
tertarik pada lawan jenis
6. Menarik
perhatian lingkungan
7. Tertarik
dengan kelompok
Usia 12 tahun awal pubertas bagi wanita,
dimana biasanya seorang wanita mendapat menstruasi (dating bulan) yang pertama,
sedangkan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi laki-laki dimana pada usia
ini laki-laki mengalami masa mimpi yang pertama tanpa disadari atau
mengeluarkan sperma. Wanita perkembangan biologisnya lebih cepat satu tahun disbanding
pemuda, karena wanita terdahulu mengawali remaja dan akan berakhir pada usia 19
tahun, sedangkan pemuda akan berakhir pada usia 21 tahun.
Masa remaja adalah masa dimana anak
mengalami banyak perubahan psikis dan fisiknya atau masa peralihan dari masa
anak kemasa dewasa. Perkembangan fisik remaja sangat cepat dimana masa-masa
remaja itu masa-masa muncul hormone-hormon dan tanda-tanda kelamin sekunder
serta banyak sekali perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Pada masa
remajalah seorang remaja tertarik pada lawan jenisnya, apapun kegiatan lawan
jenisnya pasti diikuti, dan pada saat remajalah seseorang mengenal pacaran,
tetapi para orang dewasa tidak menyukai pacaran, karena menurut mereka pacaran
dapat menimbulkan kenakalan remaja, tetapi seringkali orang dewasa tidak
memberikan sebab dan akibatnya, karena itu remaja seringkali mersa dibohongi
oleh orang dewasa karena cara berfikir remaja bersifat kausalitas atau dengan
berfikir sebab dan akibat. Seorang remaja juga tidak bias berfikir yang
realistis karena remaja lebih menguasai tindakan-tindakannya. Kartena remaja
mempunyai emosi yang sering kali meluap-luap atau tiodak stabil. Sikap seorang
remaja cenderung ingin menarik perhatian dari lngkungan masyarakatnya, karena
itu remaja sangat tertarik dengan kelompok sebayanya, bahkan peranan orang
tuanya seringkali dinomor duakan sedangkan kelompoknya selalu dinomor satukan.
Perkembangan remaja putrid lebih cepat satu tahun disbanding remaja putra,
karena remaja putrid terdahulu mengawali masa remaja dan akan berakhir pada
usia 19 tahun, sedangkan remaja putra akan berakhir pada usia 21 tahun.
4. pengaruh
perubahan fisik pada remaja ketika memasuki masa puber
Beberapa
pengaruh perubahan masa puber
Menurut Hurlock dalam Muhammad
Al-Mighwar M.Ag (2006;31)
1) Pengaruh
pada kondisi fisik
Pesatnya
pertumbuhan dan perubahan-perubahan tubuh cenderung menimbulkan kecapekan,
kelesuan, dan gejala-gejala buruk lainnya. Dengan semakin bertambahnya
tugas-tugas dan tanggung jawab, sedangkan individu tidak dapat melaksanakannya
dengan baik, kondisi itu sering semakin memburuk.
Gejala
yang terjadi antara lain gangguan pencernaan dan kurangnya nafsu makan. Anemia
juga sering terjadi akibat kebiasaan makan yang tidak menentu.
Sepanjang
periode haid awal, gejala yang sering dialami anak perempuan adalah sakit
kepala, sakit punggung, kejang, dan sakit perut yang diiringi pingsan,
muntah-muntah, gangguan kulit, pembengkakan tungkai kaki dan pergelangan kaki.
Akibatnya, timbullah rasa lelah, tertekan dan gampang marah. Gangguan fisik dan
psikologis itu akan hilang dengan sendirinya saat haid datang lebih teratur.
Anak
laki-laki maupun perempuan sama-sama mengalami kondisi yang tidak mengenakkan
itu. Seberapa sering intens dan beratnya penderitaan itu sangat bergantung pada
seberapa cepat perubahan dan kondisi kesehatan pada saat dimulainya masa puber.
Menurut penulis, Pada
masa remaja terjadi peubahan fisik secara cepat yang tidak seimbang dengan
perubahan kejiwaan. Perubahan yang cepat ini dapat membingungkan remaja yang
mengalaminya. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk mempelajari perubahan
yang terjadi setiap tahap kehidupan remaja agar mampu menerima
perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap kehidupannya.
Menurut Hurlock dalam Muhammad Al-Mighwar M.Ag
(2006;31)
2) Pengaruh
pada sikap dan tingkah laku
Luasnya pengaruh perubahan fisik masa
puber juga berpengaruh pada sikap dan tingkah lakunya. Realita menunjukkan
bahwa perubahan sikap dan tingkah lakunya saat itu lebih merupakan akibat dari
perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada
keseimbangan tubuh. Bila orang tua, kakak-adik, guru-guru, dan teman-teman
kurang memberikan pengertian dan simpati pada anak puber yang harapan-harapan
sosialnya begitu besar, akibat psikologis yang ditimbulkan oleh
perubahan-perubahan fisik itu semakin besar.
Menurut penulis, Perubahan-perubahan
fisik pada diri remaja menyebabkan adanya rasa canggung pada dirinya karena ia
harus menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada
dirinya. Perubahan fisik selalu diikuti dengan perubahan sikap dan tingkah laku
pada remaja karena sedang terjadinya perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuhnya
seringkali sangat tidak nyaman.
Menurut Hurlock dalam
Muhammad Al-Mighwar M.Ag (2006;32)
Secara
umum, pengaruh perubahan paling serius dan kuat yang menimpa masa puber adalah
sebagai berikut;
Terjadinya masa puber menyebabkan remaja
menarik diri dari teman-teman dan berbagai aktivitas keluarga, sering bertengkar dengan teman-teman dan
anggota keluarga, sering melamun dan mempertanyakan mengapa keinginannya tidak
dimengerti dan ia diperlakukan dengan kurang baik.
Berbagai permainan yang dulu disenangi
mulai ditinggalkan karena merasa jemu. Dia juga merasa jemu pada tugas sekolah,
aktivitas sosial dan kehidupan lainnya. Akibatnya dia malas hingga prestasinya
menurun. Semakin seringnya timbul perasaan fisik yang tidak normal pada
dirinya, kengganannya untuk berprestasi itu akan menjadi kebiasaannya.
Pada
saat remaja mengalami rasa jemu, remaja ini seolah-olah sudah jemu dengan apa
yang selama ini ia lakukan. Dan pada
saat itu pula remaja ingin melakukan hal-hal baru yang lebih menarik.
3) Kontradiksi
dengan sosial
Sering kali anak puber kontradiksi dengan
orang-orang di sekitarnya, seperti enggan bekerja sama, membantah dan
menentang. Antara dua jenis seks yang berlainan sering terjadi permusuhan
terang-terangan yang diaplikasikan dalam bentuk kritik dan komentar yang
menjatuhkan. Akan tetapi, dia akan kembali menjadi lebih ramah, lebih bekerja
sama, dan lebih bekerja sama, juga lebih sabarr menghadapi orang lain seiring
dengan perkembangan masa puber selanjutnya.
Anak puber cepat murung, khawatir,
cemas, marah dan menangis hanya karena hasutan yang sangat kecil. Selama masa
prahaid dan awal periode haid, sensitivitas emosi akan suasana hati yang
negatif ini sedang terjadi. Hal ini akan berkurang bila kondisi fisiknya
semakin matang dan ia telah mampu mengendalikan emosinya.
Menurut penulis,
Pada saat masa puber remaja memiliki singkat emosi yang tinggi. Dia merasa
sudah dewasa dan tidak mau diatur. Dia lebih cepat emosi walaupun hanya dengan
persoalan yang sepele.
Pesatnya pertumbuhan dan
ketidakseimbangannya akan memengaruhi pola koordinasi gerak sehingga selama beberapa waktu, anak
puber akan merasa janggal dan kaku. Koordinasi itu akan kembali membaik secara
bertahap setelah masa puber berakhir.
Rasa percaya diri yang
dulu dimilik anak puber, kini hilang akibat menurunnya daya tahan fisik dan
datangnya kritikan dari teman-teman dan orang tua. Tidak sedikit anak laki-laki
dan perempuan yang mengalami perasaan kurang percaya diri ini setelah puber.
Menurut penulis, Kurangnya rasa percaya diri pada remaja
menimbulkan rasa malu dan ingin selalu mengikuti mode pergantian zaman. Remaja
yang kurang percaya diri sering ikut-ikutan dengan apa yang dilakukannya teman
ataupun lingkungan yang ada.
Pada masa ini, penampilan anak puber
menjadi sangat sederhana karena khawatir akan perhatian dab komentar buruk
tentang perubahan fisik yang dialaminya. Pengaru itu lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki karena anak perempuan lebih cepat matang daripada anak laki-laki
dan banyaknya hambatan sosial yang dibebankan pada tingkah laku anak perempuan
ketika ia berusaha membebaskan diri dari beragam batasan.
Dengan lebih awalnya masa puber anak
perempuan, maka ia lebih cepat menunjukkan tanda-tanda tingkah laku yang
mengganggu daripada anak laki-laki. Tetapi anak perempuan akan lebih cepat
stabil daripada anak laki-laki dan anak perempuan mulai bertingkah laku seperti
sebelum masa puber.
Jadi, pengaruh
perubahan fisik terhadap remaja yaitu;
1.
Pengaruh pada kondisi fisik
Perubahan masa puber menimbulkan
kecapekan, kelesuan dan gejala-gejala buruk lainnya. Dengan semakin
bertambahnya tugas dan tanggung jawab, sedang individu tidak dapat
melaksanakannya dengan baik.
2.
Pengaruh pada sikap dan tingkah laku
Realita menunjukkan bahwa perubahan sikap
dan tingkah laku remaja saat itu lebih merupakan akibat dari perubahan sosial.
Remaja menarik diri dari teman-teman dan
berbagai aktivitas keluarga, sering
bertengkar dengan teman-teman dan anggota keluarga, sering melamun dan mempertanyakan
mengapa keinginannya tidak dimengerti dan ia diperlakukan dengan kurang baik.
Remaja mengalami rasa jemu atas apa yang
selama ini ia lakukan.
c. Kontradiksi
dengan sosial
Akibat dari kontradiksi ini remaja
enggan bekerja sama, membantah dan menentang.
Pada masa puber, remaja lebih sensitiv
daripada sebelumnya. Remaja mudah marah jika ia merasa terganggu.
Pada masa puber, remaja akan merasa
janggal dan kaku atas perubahannya.
Remaja menjadi kehilangan kepercayaan
diri.
Pada masa ini, penampilan anak puber
menjadi sangat sederhana karena khawatir akan perhatian dan komentar buruk.
Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan
bagi para remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya, atau
pembesaran payudara yang terlalu cepat akan membuat remaja merasa malu atau
kurang percaya diri. Demikian pula dalam menghadapi haid dan “mimpi” yang
pertama. Anak-anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku dan
dukungan dari pihak lain orang tua.
Menurut penulis, perubahan fisik pada remaja cenderung
mendapat kecanggungan dari para remajanya, karena seiring perubahan fisik,
remaja juga mengalami perkembangan psikis sehingga harus atau memiliki perasaan
untuk bisa menyesuaikan diri. Misalnya ia harus menerima kodratnya yang
mengalami haid (pada remaja perempuan) atau mimpi basah (pada remaja
laki-laki).
Perubahan fisik selalu disertai oleh perubahan sikap
dan perilaku. Keadaan ini sering menjadi sedikit parah karena perbedaan sikap
orang-orang di sekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan
fisik tersebut. Dalam masa remaja, perubahan yang terjadi sangat mencolok,
sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk.
Perilaku mereka mendadak semakin sulit diduga dan sering agak melawan nilai dan
norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu masa ini sering dinamakan sebagai
masa negatif atau masa pancaroba. Pada saat irama pertumbuhan sedikit lambat
dan perubahan tubuhnya telah sempurna maka akan terjadi keseimbangan kembali.
Menurut penulis, seiring berkembangnya fisik pada
remaja, disertai pula dengan perkembangan sifat dan perilaku, biasanya
disinilah mulai penyesuaian dimana seorang remaja belajar menguasai sifat-sifat
yang berbeda dari remaja lain atau orang lain. Sifat yang dialami biasanya
sulit diduga dan dinilai agak melawan norma sosial yang berlaku, oleh karena
itu pada masa ini sering dinamakan masa negatif.
Meskipun pengaruh pubertas terhadap remaja
berbeda-beda, cara mereka melampiaskan gangguan ketidakseimbangan itu hampir
sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang dapat terlihat adalah ia menjadi mudah
tersinggung, sangat pemalu, ada kecenderungan menarik diri dari keluarga atau
teman, lebih senang menyendiri, menentang otorita orang tua dan guru,
mendambakan kemandirian, sangat kritis terhadap orang lain, tidak suka
melakukan tugas di rumah ataupun di sekolah, dan sangat tampak bahwa dirinya
tertekan dan tidak bahagia. (http://aejeongfithree.blogspot.com/2012/12/pertumbuhan-fisik-remaja.html)
Menurut penulis, perbedaan
pengaruh pubertas terhadap remaja cenderung tidak mempengaruhi cara pelampiasan
ketidakseimbangannya. Bentuk pelampiasan yang terlihat adalah sifatnya yang
mudah tersinggung, pemalu, lebih senang menyendiri, menentang otoritas orang
tua atau guru, mendambakan kemandirian, sifat kritis terhadap orang lain, dan
terlihat tertekan.
Dari pembahasan ini penulis
menyimpulkan, bahwa pangaruh perkembangan remaja terhadap dirinya adalah dimana
ia harus menerima kodratnya sebagai manusia yang sempurna, dan harus mau
belajar menguasai sifat remaja lain. Perkembangan remaja juga membawa pengaruh
yang cenderung dipandang sebagai masa
negatif, karena sifatnya yang sulit diduga, mudah tersinggung, sifatnya yang
dinilai melanggar norma,dan senang menyandiri, sehingga mengkhawatirkan akan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mengalami perubahan tubuh
yang sempurna dan ada saatnya pertumbuhan sedikit lambat, maka kemudian akan
terjadi keseimbangan kembali.
5. remaja
ingin menonjolkan dirinya dengan lingkungannya
Menurut IKIP Semarang Press: 1990, 141
Selain sikap kompetisi dan komformitas, remaja juga bersikap ingin menonjolkan
dirinya, ingin menarik perhatian kelompoknya. Misalnya , memakai pakaian yang
potonganya aneh, gelang akar yang besar, ketawa keras-keras, ngebut di jalan,
semua itu sering didorong oleh keinginan untuk menarik perhatian dan ingin di
hargai oleh kelompoknya.
Menurut penulis menonjolkan diri
merupakan sikap kompetisi dan konformitas yang ingin menarik perhatian dan di
hargai dari kelompoknya.
1.
Perkembangan
Perasaan Diri(sense of self)
Menurt Eva Latipah: 2012, 243-248
Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan anak dalam berfikir pun semakin
meningkat. Mereka akan mampu berfikir secara simbolis dan akhirnya mampu
bernalar secara abstrak. Dalam kondisi demikian, seseorang akan sering kali
menarik kesimpulan tentang siapa meraka dalam lingkungan masyarakat. Dengan
kata lain anak akan mampu mendeskripsikan tentang siapa dirinya, apakah dia
seorang siswa yang baik. Menarik secara fisik, seorang pemarah, menyenangkan,
pemurung, pintar, lucu dan sebagainya. Kemampuan anak dalam mendeskripsikan
dirinya adalah bentuk persepsi, keyakinan, penilaian dan perasaanya tentang
siapa dia sebagai seorang pribadi atau dalam istilah psikologi di kenal sebagai
‘perasaan diri’. Perasaan diri selanjutnya melibatkan dua hal yaitu konsep diri
(self concept) dan harga diri (self esteem). Konsep diri merupakan
penilaian terhadap karakter, kekuatan dan kelemahan diri, sedang harga diri
merupakan penilaian dan perasaan tentang nilai dan harga diri. Dalam penggunaan
sehari hari, keduanya saling melengkapi dan terkadang digunakan secara
bergantian (Byrne, 2002).
Menurut penulis perasaan diri merupakan
kemampuan mendeskripsikandirinya atau sering di istilahkan dengan perasaan
diri. Perasaan diri mencakup dua hal antara lain konsep diri dan harga diri.
Konsep diri adalah penilaian penilaian tentang karakter, kekurangan dan
kelebihan dirinya sedangkan harga diri adalah penilaian tentang dirinya.
Memasuki masa remaja, mereka telah mampu
berfikir abstrak. Para siswa semakin mampu mengdidentifikasikan dirinya dalam
kerangka sifat-sifat yang umum dan relatif stabil. Bagi sebagian besar remaja
awal, penerimaan social dalam penampilan fisik jauh lebih penting dibandingkan
dengan kompetensi akademis (Harter, 1999).Namun demikian, konsep diri dan harga
diri siswa sering kali jatuh saat mereka mengalami masa transisi dari SD ke SMP
atau SMU, dan kejatuhan tersebut lebih besarterjadi pada anak perempuan di
bandingkan pada anak laki-laki (Cole, dkk, 2001). Perubahan fisologisseiring
terjadinya pubertas menjadi faktir yang mempengaruhi. Perubahan dalam
lingkungan sekolah seperti putusnya persahabatan, hubungan guru-siswayang
bersifat supelfisial saja, atau tuntutan akademis yang semakin ketat juga dapat
memberikan dampak negatif.
Fenomena
yang harus mendapat perhatian serius padda masa remaja karena dapat berdampak
pada perasaan diri adalah pemikiran yang berpusat pada diri (self centered)
yaitu pemikiran bahwa dalam segala situasi social, perhatian semua orang
terpusat kepada mereka. Pemikiran ini terkadang diistilahkan juga sebagai
audiens imajiner (imaginary audience). Hal ini membuat pikiran mereka di penuhi
kepedulian atau kekhawatiran terhadap penampilan fisik, dan karenanya sering
kali mengkritik penampilan fisik dirinya. Kepekaan yang ekstrim terhadap rasa
malu, ditambah dengan keterampilan social yang kurang, menyebabkan mereka
merespon kata-kata yang kasar atau situasi-situasi memalukan lainnya melalui
tindakan kekerasan yang tidak perlu. Fenomena lainnya yang juga berdampak pada
perasaan diri adalah munculnya fable pribadi (personl fable) yaitu meyakini
bahwa diri mereka betul-betul tidak memiliki pandangan didunia ini. Mereka
cenderung berfikir bahwa perasaan mereka unik, dan orang-orang disekelilingnya
tidak tidak pernah merasakan emosisepertiyang mereka rasakan. Dampaknya mereka
terkadang bersikap ngotot terutama terhadap orang tua dan guru mereka. Mereka
juga meyakini bahwa mereka aman dari bahaya-bahaya yang umumnya terjadidalam
kehidupan mereka. Akibatnya, mereka mngambil resiko yang tampak bodoh seperti
mencoba-coba mengkonsumsiobat-obatan dan alcohol, melakukan hubungan seks
bebas, atau mengemudi dengan kecepatan tinggi.
Menurut penulis memasuki masa remaja,
mereka mampu berfikir abstrak serta telah mengalami masa transisi. Remaja junga
mengalami perubahan fisiologi seiring terjadinya pubertas. Pada masa remaja
akan muncul berbagai pemikiran yang timul dari perasaan dirinya, seperti
pemikiran berpusat pada diri sendiri atau istilahnya audiens imajiner dan
muculnya fable pribadi. Remaja memiliki sikap ngotot terhadap orang tua dan
memiliki pemikiran bahwa mereka aman dari bahaya yang terjadi dalam
kehidupannya. Akibatnya , remaja sering mengambil resiko yang besar.
Masa
remaja akhir di awali ketika seseorang berada di kelas Sembilan (SMP kelas 3).
Pada masa ini siswa biasanya mampu menikmati konsep diri dan kesehatan mental
secara positif (Harter, 1999). Hal ini di sebabkan mereka telah melampaui
masa-masa pubertas yang sarat dengan kebingungan dan ketidakstabilan emosi.
Selain itu mereka juga telah melewati pengalaman bersekolah yang tidak selalu
menyenangkan.
Dalam
waktu bersamaan mereka juga semakin memikirkan berbagai karakterristik dan
keterampilannya dan mulai bergaulat dengan berbagai ketidakkonsistenan dalam
persepsi dirinya. Pada akhirnya ketika mereka mencapai kelas sebelas (SMA kelas
2), sebagian besar dari mereka mampu mengintegrasikan beragam persepsi dirinya
yang kompleks dan beraneka segi (multi facet) sehingga mampu mendamaikan konflik
yang dihadapi.
Dalam
upaya mengintegrasikan beragam persepsi dirinya tersebut, kebanyakan remaja
akhir mulai membentuk suatu identitas (identity) umum yaitu sebuh definisi yang
disusun secara mandiri tentang siapa mereka, apa saja yang dianggap penting
bagi mereka, dan apa saja tujuan hidup mereka. Keterlibatan dalam sebuah
kelompok, organisasi, atau komunitas yang ada di sekitarnya akan memberikan
peran penting dalam pembentukan identitas ( Wigfield, 2000). Kelompok-kelompok
tersebut tidak sekedar memperkenalkan remaja tentang siapa diri mereka, namun
juga memperkenalkan kepada mereka tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang
dapat di contoh oleh remaja.
Menurut penulis masa dimana remaja
melewati masa pubertas dengan ketidakstabilan emosi dan mereka mulai memikirkan
karakteristik dan keterampilannya sehingga akan muncul ketidakkonsistenan dalam
persepsi dirinya tetapi mampu mengintegrasikannya. Dalam mengintegrasikan
persepsi diri, remaja membentuk identitas umum. identitas umum merupakan
definisi tentang siapa mereka , apa yang dianggap penting bagi merekan dan
menentukan tujuan hidup.
Menonjolkan
diri merupakan sikap kompetisi dan konformitas. Remaja juga memiliki sikap
ingin menonjolkan dirinya, ingin menarik perhatian orang dan ingin di hargai oleh
kelompoknya.
Pada
masa perkembangan perasaan diri, remaja mampu mendeskripsikan tentang dirinya
atau istilahnya dikenal sebagai perasaan diri. Perasaan diri melibatkan dua hal
yaitu konsep diri dan harga diri. Memasuki masa remaja, mereka mampu berfikir
abstrak dan mengalami masa transisi. Masa remaja, masa dimana akan muncul
pemikiran yang timbuldari perasaan diri. Mereka juga meyakini bahwa aman dari
bahaya yang umumnya terjadi dalam
kehidupannya, sehingga remaja sering melakukan hal yang beresiko tinggi. Saat
memasuki remaja akhir, mereka mulai memikirkan karakter dan keterampilannya dan
mampu mengintegrasikannya beragam persepsi dirinya.. Dalam upaya
mengintegrasikan beragam persepsi dirinya mereka membentuk suatu identitas
umum.
Masa
remaja , masa ingin menonjolkan dirinya, menarik perhatian dan dihargai dari
kelompoknya serta masa dimana remaja mampu mendeskripsikan dirinya sendiri atau
istilahnya dikenal sebagai perasaan diri Perasaan diri melibatkan dua hal yaitu
konsep diri dan harga diri. Masa remaja merupakan masa transisi yang akan
berdampak pada perasaan diri sehingga menimbulkan pemikiran yang berpusat pada
diri atau istilahnya audiens imajiner dan munculnya fable pribadi. Remaja juga
sering bersikap ngotot kepada orang tua dan sering mengambil resiko yang sangat
besar. Saat memasuki remaja akhir, remaja telah mengalami masa pubertas serta
mulai memikirkan karakter dan keterampilannya dan bergaulat dengan
ketidakkonsistenan dalam persepsi dirinya. Mereka juga berupaya mengintegrasikan
persepsi dirinya dengan mulai membentuk suatu identitas umum yaitu definisi
tentang siapa mereka, apa saja yang dianggap penting dan apa tujuan mereka.
Keterlibatan dalam organisasi atau kelompok member peranan penting dalam
pembentukan identitas.
6.
Pengaruh
perkembangan fisik remaja terhadap moralnya
Menurut Eva Latipah
(2012: 249-250) bahwa keyakinan siswa tentang perilaku bermoral dan tidak
bermoral (yaitu keyakinan mana yang benar dan mana yang salah) akan memengaruhi
perilaku mereka disekolah. Sebagai contoh, jika siswa menghormati keselamatan
dan hak milik orang lain, mereka cenderung tidak terlibat dalam aksi agresi,
vandalisme, pencurian. Keyakinan moral siswa juga memengaruhi reaksi kognisi
dan emosional mereka terhadap berbagai materi pelajaran di sekolah. Misalnya
terhadap deskripsi mengenai genosida yang terjadi di berbagai tempat dalam
sejarah atau terhadap pernyataan yang bersifat rasis atau anti-Semitik dalam
karya-karya sastra. Para siswa yang berpikir dan bertindak secara bermoral memperoleh
dukungan lebih besar dari guru dan teman-temannya, dan sebagai hasilnya dalam
jangka panjang meraih keberhasilan akademis dan social yang semakin besar
(Caprara dkk, dalam Omrod, 2008).
Menurut penulis pada
dasarnya perilaku bermoral ataupun tidak, itu akan memengaruhi perilaku mereka
secara keseluruhan, misal saja seorang siswa yang menghormati keselamatan dan
hak milik orang lain, disini mereka telah mengetahui bahwa perilaku yang
merugikan orang lain merupakan perbuatan yang tidak baik, sehingga mereka
cenderung menjauhinya. Selain itu keyakinan moral juga memengaruhi reaksi
kognisi dan emosional mereka terhadap berbagai situasi, salah satunya dalam
menerima pelajaran di sekolah.
Kebanyakan orang
menunjukkan perilaku yang lebih bermoral seiring denagn pertambahan usia
mereka. Hal tersebut mencerminkan tren perkembangan sebagaimana di uraikan
berikut ini : sejak usia dini, anak mulai menggunakan standar-standar internal
untuk mengevaluasi perilaku. Anak-anak par sekolah sekalipun telah memiliki
pemahaman bahwa perilaku yang mengakibatkan gangguan fisik atau psikologis
adalah salah (Kim & Turiel, 1996)
Menurut penulis
pemahaman perilaku seseorang dimulai sejak dini, mereka tahu bahwa perilaku
seperti mengganggu merupakan perbuatan yang tidak baik sehingga pemahaman
seperti itu menjadi bekal yang penting bagi seseorang dalam meniti kehidupannya
terutama dalam aspek moralitas.
Seiring bertambahnya
usia, penalaran mengenai isu-isu moral menjadi semakin berbentuk abstrak dan
fleksibel. Untuk mengetahui pemikiran anak mengenai isu-isu moral, para
peneliti terkadang menyajikan dilemma moral (moral dilemma), yaitu situasi saat
hak atau kebutuhan dua orang (atau lebih) saling bertentangan dan tidak
terdapat respon benar-salah yang tegas. Pada saat itu juga, anak-anak
berperilaku semakin selaras dengan standar-standar moral pilihan mereka
sendiri. Perilaku moral berkorelasi dengan penalaran moral (Eisenberg, 2001).
Sebagai contoh, anak-anak dan remaja yang berdasarkan perspektif Kohlberg
melakukan penalaran pada tahap yang lebih tinggi,cenderung jarang berbuat
curang (seperti mencontek saat ujian) atau mencemooh orang lain, umumnya lebih
senang menolong orang lain yang membutuhkan, dan lebih sering menolak mematuhi
perintah yang akan menimbulkan kerugian bagi orang lain (Miller, 1996).
Meskipun demikian, korelasi antara penalaran moral dan perilaku moral tidak
termasuk korelasi yang kuat. Kemampuan anak-anak mempertimbangkan perspektif
orang lain dan emosi mereka (rasa malu, perasaan bersalah) juga memengaruhi
keputusan-keputusan untuk berperilaku secara moral dan sebaliknya (Zhou, 2001).
Kebutuhan dan tujuan personal anak-anak biasanya juga turut berperan. Sebagai
contoh, meskipun anak-anak mungkin ingin melakukan hal yang benar, mereka
mungkin juga memikirkan apakah orang lain menyetujui tindakan mereka serta apa
konsekwensi positif atau negative yang mungkin terjadi.
Menurut penulis, bahwa
penalaran anak-anak atau remaja terhadadp moral akan semakin abstrak dan
fleksibel sesuai dengan pertambahan usia mereka. Pada posisi ini biasanya para
peneliti menyajikan sebuah dilemma moral,ini dilakukan untuk mengukur kesiapan
seorang anak dalam menghadapi situasi tertentu, dimana pada saat itu antara hak
atau kebutuhan 2 orang (lebih) saling bertentangan dan tidak terdapat respon
benar-salah yang tegas. Sehingga pada saat itu anak-anak cenderung berperilaku
semakin selaras dengan standar-standar moral pilihan mereka sendiri.
Jadi, dari beberapa analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya perilaku bermoral ataupun tidak, itu akan memengaruhi
perilaku mereka secara keseluruhan. Selain itu keyakinan moral seorang anak
juga memengaruhi reaksi kognisi dan emosional mereka terhadap berbagai situasi.
Pemahaman perilaku seperti ini memang dimulai sejak dini, penalaran anak-anak
atau remaja terhadap moral akan semakin abstrak dan fleksibel sesuai dengan
pertambahan usia mereka. Pada posisi ini biasanya para peneliti menyajikan
sebuah dilemma moral, ini dilakukan untuk mengukur kesiapan seorang anak dalam
menghadapi situasi tertentu, dimana pada saat itu antara hak atau kebutuhan 2
orang (lebih) saling bertentangan dan tidak terdapat respon benar-salah yang
tegas. Sehingga pada saat itu anak-anak cenderung berperilaku semakin selaras
dengan standar-standar moral pilihan mereka sendiri.
Menurut Sarlito W. Sarwono (2012: 109-112)Moral dan
religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang
berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang
beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau
bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi lain tiadanya
moral dan religi ini sering kali dituding sebagai factor penyebab meningkatnya
kenakalan remaja.
Menurut penulis moral menjadi pilar utama dari tingkah
laku dari seorang individu, khususnya ketika individu tersebut memasuki masa
remaja. Pada fase ini remja mengalami perkembangan yang pesat terutama
terjadinya perubahna fisik, sehingga ini sangat mempengaruhi sikap dan
perilakunya. Oleh karena itu disini moral akan berperan sebagai pengendali
tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Sehingga dia tidak melakukan hal-hal
yang merugikan atau bertentangan dengan pandangan masyarakat.
Religi merupakan
kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur alam semesta ini adalah
sebagian dari moral,sebab dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang
dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik
sehingga perlu dihindari. Agama juga mengatur tingkah laku baik-buruk, secara
psikologis termasuk dalam moral. Hal lain yang termasuk dalam moral adalah
sopan-santun, tata krama, dan norma-norma masyarakat lain.
Menurut penulis,
disamping moral, agama juga turut mengatur tingkah laku seorang individu, sebab
agama mengatur perbuatan yang dinilai baik-buruk dan secara psikologis itu
termasuk ke dalam moral. Sehingga moral dan agama berperan serta dalam
membentuk pribadi seseorang.
Aliaran psikoanalisis
tidak membeda-bedakan anatara moral,norma dan nilai. Semua konsep itu menurut
Sigmund Freud menyatu dalam konsepnya tentang super ego. Super ego sendiri
dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan
tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat. Super ego
dibentuk melalui jalan internalisasi (penyerapan) larangan-larangan atau
perintah-perintah yang datang dari luar (khususnya dari orang tua) sedemikian
rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam diri sendiri (Bartens, 1979).
Sekali super ego telah terbentuk, maka ego tidak lagi hanya mengikuti
kehendak-kehendak id (dorongan-dorongan naluri yang berasal dari alam
ketidaksadaran), akan tetapi juag mempertimbangkan kehendak super ego.
Demikianlah dalam menghadapi situasi tertentu, seorang remaja yang sudah
terbentuk super egonya akan berbuat sedemikian rupa sehingga tidak melanggar
larangan atau perintah masyarakat. Termasuk jika tidak ada petugas hokum atau
tokoh masyaraakat disekitar itu.
Menurut penulis moral,
norma dan nilai merupakan kesatuan yang saling berikatan, dimana semua konsep tersebut
menurut Sigmund Freud disebut sebagai super ego, sedangkan super ego sendiri
merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego
sehingga tidak bertentangan dengan aturan masyarakat. Jadi, apabila seorang
remaja sedang menghadapi situasi tertentu, ia tidak akan melanggar larangan
atau aturan masyarakat karena sudah memilki super ego yang kuat.
Menurut aliran
psikoanalisis, orang-orang yang tak mempunyai hubungan yang harmonis dengan
orang tuanya di masa kecil kemungkinan besar tidak akan mengemabngkan super
egon yang cukup kuat sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar
norma masyarakat.
Sejalan dengan
pemikiran psikoanalisis, penulis berpendapat bahwa hubungan yang kurang baik
antara orang tua dan anak tentu saja akan berdampak pada moral si anak itu
sebdiri, sebab dalam hal ini tidak ada komunikasi yang baik antara anak dan
orang tua sehingga perilaku anak cenderung memberontak.
Tetapi teori-teori lain
yang non psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan anak orang tua bukan
satu-satunya sarana pembentuk moral. Para Sosiolog, misalnya, beranggapan bahwa
masyarakat sendiri punya peran penting dalam pembentukan moral. W. G Summer
(1907) salah seorang sosiolog, berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang
terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang
mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya. Control
masyarakat itu adalah :
1.
Folkways
yaitu
tingkah laku yang lazim, misalnya makan dengan tangan kanan, bekerja atau
bersekolah, dan sebagainya.
2.
Mores
yaitu
tingkah laku yang sebaiknya dilakukan, misalnya: mengucapkan terimakasih atas
jasa seseorang atau memberikan salam pada waktu berjumpa.
3.
Law
(Hukum)
yaitu tingkah laku yang harus dilakukan atau dihindari: misalnya tidak boleh
mencuri, harus membayar hutang, dan lain-lain.
Seperti yang telah
dipaparkan diatas, maka penulis berpendapat bahwa moral seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh orang tua, tetapi peran masyarakat juga sangat penting, karena
aturan-aturan yang ada di masyarakat juga ikut terlibat dalam pembentukan
perilaku seeorang. Dimana dalam aturan tersebut pasti ada sanksi bagi
pelanggar-pelanggarnya. Sehingga itu dapat dijadikan sebagai control bagi
perilaku remaja yang pada dasarnya masih mencari jati dirinya. Diantara control
tersebut yaitu folkways, mores, dan law. Dimana masing-masing control itu
memiliki jenis sanksi yang berbeda.
Mores
memang
tidak mempunyai sanksi seketat hukum, tetapi mores ini merupakan dasar dari moral menjadi tolok ukur dalam kita
menilai seseorang. Von Magnis, seorang filsuf Indonesia pernah mengemukakan
sebuah contoh yang baik mengenai perbedaan antara norma,moral dan norma hukum.
Ia mengatakan bahwa merampok bank lebih berat hukumannya daripada membunuh
kucing kesayangan seorang kakek yang tak berdaya. Tetapi secara moral,
perbuatan yang terakhir dinilai lebih jahat (Von Magnis,1979). Sama halnya
dengan agama yang secara normative harus
paling diagungkan, tetapi ketika sekelompok radikais merampok bank dan membunuh
satpamnya denga alasan fa’I (diperbolehkan merampok harta milik kafir untuk
membiayai perjuangan agama), apakah hal tersebut masih bisa disebut bermoral?
Menurut penulis mores
merupakan dasar dari moral yang menjadi tolak ukur kita dalam menilai
seseorang. Mores juga merupakan dasar dari tingkah laku yang sebaiknya
dilakukan sebagai contoh yaitu mengucapkan salam, mengucapkan salam memang
terlihat sederhana tetapi ini sangat penting karena mengucapkan salam merupakan
salah satu dasar yang akan membangun
pribadi seseorang. Karena itu mores dikatakan landasan moralitas remaja.
Untuk remaja mores atau
moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri karena mereka sedang dalam keadaan
membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri.
Pedoman atau petunjuk ini dibutuhkan juga untuk menumbuhkan identitas dirinya,
menuju kepribadian matang dengan unifying
philosophy of life dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang
selalu terjadi dalam masa transisi ini. Dengan kurang aktifnya orang tua dalam
membimbing remaja (bahkan pada beberapa remaja hubungan yang tidak harmonis
denagn orang tua), maka pedoman berupa mores ini makin diperlukan oleh remaja.
Menurut penulis, mores
atau moral sangat dibutuhkan remaja sebab di masa ini remaja sedang dalam
keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jati dirinya.
Di Indonesia salah satu
mores yang penting adalah agama. Seperti akan diuraikan dalam bab-bab
berikutnya (khususnya bab VI) agama bisa merupakan salah satu factor pengendali
terhadap tingkah laku remaja. Hal ini dapat dimengerti karena agama memang
mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari. Tidak saja dalam peringatan dalam
hari-hari besar atau upacara-upacara pada peristiwa-peristiwa khusus
(kelahiran, khitanan. Perkawinan, kematian dll), tetapi juga dalam tingakah
laku biasanya member salam waktu berjumap atau mengawali pidato sambutan.
Menurut penulis, mores
atau moral yang paling penting di Indonesia adalah agama,karena merupakan salah
satu factor pengendali perilaku remaja.
Namun, dipihak lain ada
sementara remaja yang menganggap agama sebagai kult (diambil dari kata “kultus” karena sangat memuja pemimpinnya)
sebuah berita di media massa misalnya melaporkan kisah tentang seorang pelajar
SMKK Yogyakarta bernama Imansih dan seorang pelajar lain bernama Johnny
Setiawan Kristanto pelajar SMA N V di kota yang sama. Kedua siswa itu tidak mau
menghormat bendera dengan alasan bertentangan dengan agama. Dengan mengutip
Roma XII mereka mengatakan bahwa salut hanyalah untuk tuhan. Ternyata kedua
orang ini penganut Sekte Kristen Jehova yang sudah dilarang kejaksaan Agung
tahun 1982 (Tempo, No. 41, tahun XV, 7 Desember 1985). Di era tahun 2000-an
gejala kultisme Islam yang radikal itu sudah menyusut dikalangan pelajar SMU
(Hidayat, 2009).
Menurut penulis, bahwa
pada dasarnya agama memang menjadi pegangan seseorang teruma untuk mengontrol
perilakunya. Tetapi sebaiknya kita juga perlu selektif terhadap agama yang akan
kita anut, apakah agama itu legal atau illegal, karena terlihat pada contoh
kasus tadi bahwa agama yang dianut remaja itu merupakan agama yang illegal atau
dilarang oleh pemerintah.
Jadi, dari beberapa analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa moral menjadi pilar utama dari tingkah laku dari seorang individu,
khususnya ketika individu tersebut memasuki masa remaja. Disamping moral, agama
juga turut mengatur tingkah laku seorang individu, sebab agama mengatur
perbuatan yang dinilai baik-buruk dan secara psikologis itu termasuk ke dalam
moral. Sedangkan menurut Sigmund Freud baik moral, nilai dan norma merupakan
satu kesatuan yang disebut dengan super ego. Super ego sendiri sangat
memengaruhi perkembangan individu karena super ego sendiri berfungsi untuk
mengendalikan tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan aturan
masyarakat. Hubungan yang kurang baik antara orang tua dan anak tentu saja akan
berdampak pada moral si anak itu sendiri, dimana perilaku anak cenderung
memberontak. Dan disinilah peran agama sangat diperlukan karena agama dapat
mengontrol perilaku remaja yang pada dasarnya mereka sedang mencari jati
dirinya. Tetapi ketika kita akan menganut sebuah agama hendaknya kita juga
harus selektif dengan agama tersebut, apakah agama tersebut legal atau illegal
dan sudah sesuaikah dengan peraturan pemerintah.
Dari kedua kesimpulan tersebut dapat disimpulkan bahwa
moral adalah bagian dari penalaran seseorang dimana moral mempunyai bagian yang
cukup penting dalam perkembangan jiwa remaja. Karena pada dasarnya perilaku
bermoral ataupun tidak, akan memengaruhi
perilaku mereka secara keseluruhan. Pemahaman perilaku seperti ini memang
dimulai sejak dini, penalaran anak-anak atau remaja terhadap moral akan semakin
abstrak dan fleksibel sesuai dengan pertambahan usia mereka. Pada posisi ini
biasanya para peneliti menyajikan sebuah dilemma moral, ini dilakukan untuk
mengukur kesiapan seorang anak dalam menghadapi situasi tertentu. Selain moral
agama juga turut serta mengontrol perilaku remaja khususnya ketika mereka
memasuki masa pubertas yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada individu tersebut, disinilah peran agama sangat dibutuhkan
terlebih jika individu tersebut memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang
tuanya, maka pedoman atau petunjuk yang dapat menununtun mereka ke jalan yang
benar bisa dikatakan ya agama itu sediri, tetapi dalam memilih agama hendaknya
kita harus selektif apakah agama yang akan ita anut sudah sesuaikah dengan
peraturan pemerintah atau tidak karena kita sebagai warga Negara yang baik
hendaknya mengikuti peraturan yang telah disepakati.
1. Pengertian
fisik remaja secara umum
Pertumbuhan merupakan perkembangan
ukuran fisik sedangkan perkembangan merupakan proses yang berhubungan dengan
fungsi organ karena terjadi pematangan. Keduanya kadang terjadi secara
bersamaan, dan kadang juga tidak terjadi
secara bersamaan.
a.
Usia belum bisa
menjamin kedewasaan seseorang.
b.
Kedewasaan
seseorang tidak hanya di ukur oleh faktor usia.
c.
Pertumbuhan dan
perkembangan idealnya harus bersinergi dalam tumbuh kembang baik fisik maupun
psikis.
d.
Perkembangan
fisik secara umum tidak hanya bisa di lihat kaca mata fisik. Namun, faktor
psikologis juga sangat berpengaruh dalam pembentukan perkembangan fisik secara
umum.
e.
Faktor
lingkungan seperti berpengaruh dalam membentuk perkembangan fisik maupun psikologis.
f.
Pendidikan
formal dan non formal mempunyai andil yang sangat penting dalam menjadikan
seorang mampu bertumbuh dan berkembang dengan baik.
2.
Fase-fase perkembangan fisik anak sejak
lahir sampai dewasa.
Dari
kedua pendapat yang sudah penulis ketahui, bahwa setiap orang mampu menilai
atau member pandangan pada orang lain tentang perkembangannya, seperti dua hal
yang sudah dikemukakan oleh Aristoteles dan Kretschmer yakni mereka memiliki
pendapat yang berbeda dalam memandang perubahan fisik yang dialami manusia
dengan member alasan pada setiap perkembangan usianya.
Aristoteles
mengatakan bahwa masa anak kecil atau masa bermain dialami anak usia 0-7, dan
masa belajar dialami pada usia 7-14, kemudian masa puber dialami pada usia
14-21. Kretschmer juga berpandangan pada usia 0-3 dilihatnya anak terlihat
pendek dan gemuk, pada usia 3-7 dilihatnya anak memiliki tubuh yang langsing,
pada usia 7-13 dilihatnya anak kembali terlihat pendek dan gemuk, dan pada usia
13-20 dilihatnya anak langsing kembali.
3. Ciri-ciri
khusus yang menyolok pada masa remaja ketika mengalami perubahan fisik
Masa
remaja adalah masa dimana anak mengalami banyak perubahan psikis dan fisiknya
atau masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa. Perkembangan fisik remaja
sangat cepat dimana masa-masa remaja itu masa-masa muncul hormone-hormon dan
tanda-tanda kelamin sekunder serta banyak sekali perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada remaja. Pada masa remajalah seorang remaja tertarik pada lawan
jenisnya, apapun kegiatan lawan jenisnya pasti diikuti, dan pada saat remajalah
seseorang mengenal pacaran, tetapi para orang dewasa tidak menyukai pacaran,
karena menurut mereka pacaran dapat menimbulkan kenakalan remaja, tetapi
seringkali orang dewasa tidak memberikan sebab dan akibatnya, karena itu remaja
seringkali mersa dibohongi oleh orang dewasa karena cara berfikir remaja
bersifat kausalitas atau dengan berfikir sebab dan akibat. Seorang remaja juga
tidak bias berfikir yang realistis karena remaja lebih menguasai
tindakan-tindakannya. Kartena remaja mempunyai emosi yang sering kali
meluap-luap atau tiodak stabil. Sikap seorang remaja cenderung ingin menarik
perhatian dari lngkungan masyarakatnya, karena itu remaja sangat tertarik
dengan kelompok sebayanya, bahkan peranan orang tuanya seringkali dinomor
duakan sedangkan kelompoknya selalu dinomor satukan. Perkembangan remaja putrid
lebih cepat satu tahun disbanding remaja putra, karena remaja putrid terdahulu
mengawali masa remaja dan akan berakhir pada usia 19 tahun, sedangkan remaja
putra akan berakhir pada usia 21 tahun.
4. Pengaruh
perubahan fisik pada remaja ketika memasuki masa pubertas.
Dari pembahasan ini penulis
menyimpulkan, bahwa pangaruh perkembangan remaja terhadap dirinya adalah dimana
ia harus menerima kodratnya sebagai manusia yang sempurna, dan harus mau
belajar menguasai sifat remaja lain. Perkembangan remaja juga membawa pengaruh
yang cenderung dipandang sebagai masa
negatif, karena sifatnya yang sulit diduga, mudah tersinggung, sifatnya yang
dinilai melanggar norma,dan senang menyandiri, sehingga mengkhawatirkan akan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mengalami perubahan tubuh
yang sempurna dan ada saatnya pertumbuhan sedikit lambat, maka kemudian akan
terjadi keseimbangan kembali.
5. Alasan
remaja ingin menonjolkan diri dengan lingkungannya.
Masa
remaja , masa ingin menonjolkan dirinya, menarik perhatian dan dihargai dari
kelompoknya serta masa dimana remaja mampu mendeskripsikan dirinya sendiri atau
istilahnya dikenal sebagai perasaan diri Perasaan diri melibatkan dua hal yaitu
konsep diri dan harga diri. Masa remaja merupakan masa transisi yang akan
berdampak pada perasaan diri sehingga menimbulkan pemikiran yang berpusat pada
diri atau istilahnya audiens imajiner dan munculnya fable pribadi. Remaja juga
sering bersikap ngotot kepada orang tua dan sering mengambil resiko yang sangat
besar. Saat memasuki remaja akhir, remaja telah mengalami masa pubertas serta
mulai memikirkan karakter dan keterampilannya dan bergaulat dengan
ketidakkonsistenan dalam persepsi dirinya. Mereka juga berupaya
mengintegrasikan persepsi dirinya dengan mulai membentuk suatu identitas umum
yaitu definisi tentang siapa mereka, apa saja yang dianggap penting dan apa
tujuan mereka. Keterlibatan dalam organisasi atau kelompok member peranan penting
dalam pembentukan identitas.
6. Pengaruh
perkembangan fisik remaja terhadap moralnya.
moral adalah bagian dari penalaran
seseorang dimana moral mempunyai bagian yang cukup penting dalam perkembangan
jiwa remaja. Karena pada dasarnya perilaku bermoral ataupun tidak, akan memengaruhi perilaku mereka secara
keseluruhan. Pemahaman perilaku seperti ini memang dimulai sejak dini,
penalaran anak-anak atau remaja terhadap moral akan semakin abstrak dan
fleksibel sesuai dengan pertambahan usia mereka. Pada posisi ini biasanya para
peneliti menyajikan sebuah dilemma moral, ini dilakukan untuk mengukur kesiapan
seorang anak dalam menghadapi situasi tertentu. Selain moral agama juga turut
serta mengontrol perilaku remaja khususnya ketika mereka memasuki masa pubertas
yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada individu
tersebut, disinilah peran agama sangat dibutuhkan terlebih jika individu
tersebut memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tuanya, maka pedoman
atau petunjuk yang dapat menununtun mereka ke jalan yang benar bisa dikatakan
ya agama itu sediri, tetapi dalam memilih agama hendaknya kita harus selektif
apakah agama yang akan ita anut sudah sesuaikah dengan peraturan pemerintah
atau tidak karena kita sebagai warga Negara yang baik hendaknya mengikuti
peraturan yang telah disepakati.
1.
Diharapkan pembaca dapat mengetahui
proses perkembangan fisik.
2.
Diharapkan pembaca dapat mengetahui
pengaruh perkembangan fisik terhadap moral remaja.
3.
Diharapakan remaja dapat mengambil
pelajaran dari pembahasan makalah perkembangan fisik.
Latipah, Eva.
2012. Pengantar Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: Padagogia.
Sarwono, W
Sarlito. 2012. Psikologi Remaja.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suryabrata,
Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hp, Mansyuri.
Dan Ny Suprihatin MD. 1990. Psikologi
Perkembangan. Semarang: IKIP
http //
engineer_robi.blogspot.com/2012/02/cirri-ciri-perkembangan-fisik-anak-dan html.
02.58